Senin, 28 Desember 2015

proposal COC/Kehamilan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Pada dasarnya proses kehamilan, persalinan, dan nifas merupakan suatu tahapan perkembangbiakan manusia yang alamiah, namun tetap harus diwaspadai apabila terjadi hal-hal yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan bayi, terutama pada ibu yang tidak mendapatkan asuhan dari tenaga kesehatan.
Pada tahun 2011, upaya kesehatan masyarakat di Indonesia  khususnya  kesehatan ibu dan anak dapat dilihat dari data nasional bahwa cakupan K1 pada ibu hamil mencapai 88,27% dari target 88%. Cakupan pertolongan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (PN) mencapai 86,36% dari target 88%. Cakupan akseptor Keluarga Berencana (KB) mencapai 40,65% dari target semula 40%. Cakupan kunjungan neonatal (KN) mencapai 87, 26% dari target 86% (Kemenkes, 2012).
Pada tahun 2012, di Provinsi Jawa Timur cakupan K1 pada ibu hamil mencapai 92,14% dari target pencapaian 99%. Cakupan K4 mencapai  84,38% dari target pencapaian 92%. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan mencapai 89,14% dari target pencapaian 94%.  Cakupan pelayanan nifas mencapai  87,49% dari target diatas 95%.Cakupan KN Lengkap mencapai 94,66% dari target diatas 95%. Cakupan peserta Keluarga Berencana (KB) aktif mencapai 71,02% dari target pencapaian sebanyak 69% (Dinkes Jatim, 2012).
Pada tahun 2012 di Surabaya cakupan K1 pada ibu hamil mencapai 87,40%. Cakupan K4 mencapai 84,69%. Cakupan pertongan persalinan oleh tenaga kesehatan mencapai 61,24%. Cakupan kunjungan nifas (KF) mencapai 78,88%. Cakupan kunjungan neonatal (KN) mencapai 85,05%. Cakupan akseptor Keluarga Berencana (KB) mencapai 75,06% (Dinkes Jatim, 2012).
Di Puskesmas Dupak tahun 2008, cakupan K1 98,88%, K4 94,00%, cakupan Ibu bersalin ditolong  nakes 89,15%, cakupan ibu nifas yang mendapatkan perawatan sejumlah 91,52%,  jumlah neonatus sebanyak 1213 bayi, kunjungan KN2 990 (81,62%) bayi. Jumlah akseptor baru KB sebanyak 1.13%, akseptor KB aktif sebanyak 13,16%. (Dinkes, 2009).
Rencana strategis menteri kesehatan dari salah satu prioritas pembangunan kesehatan pada tahun 2010-2014 yaitu peningkatan kesehatan ibu, bayi, balita, dan Keluarga Berencana (KB) (Kemenkes, 2010). Serta kompetensi bidan di Indonesia bahwa asuhan kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan/masalah dalam bidang kesehatan ibu masa hamil, masa persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana (KepMenkes RI no.369 tahun 2007). Maka, upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak salah satunya adalah melaksanakan asuhan secara berkelanjutan atau continuity of care.
Continuity of midwifery care adalah pelayanan yang dicapai ketika terjalin hubungan yang terus-menerus antara seorang wanita dan bidan. Asuhan yang berkelanjutan berkaitan dengan kualitas pelayanan dari waktu kewaktu yang membutuhkan hubungan terus menerus antara pasien dengan tenaga profesional kesehatan. Layanan kebidanan harus disediakan mulai prakonsepsi, awal kehamilan, selama semua trimester, kelahiran dan melahirkan sampai enam mingggu pertama postpartum (Evi Pratami, 2014).
Berdasarkan data tersebut  untuk mendukung pembangunan kesehatan pada tahun 2010-2014, penulis tertarik melakukan asuhan kebidanan berkelanjutan (continuity of care) pada  pasien dimulai dari masa hamil sampai masa nifas sebagai laporan tugas akhir di Puskesmas Dupak Surabaya.

1.2         Identifikasi Masalah
Berdasarkan data diatas maka asuhan kebidanan yang berkelanjutan  (continuity of care) perlu dilakukan pada ibu hamil, melahirkan, masa nifas, neonatus, dan KB.
1.3         Tujuan
1.3.1   Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu menerapkan asuhan kebidanan yang komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir sesuai dengan standar asuhan dengan menggunakan pendokumentasian SOAP dengan pendekatan managemen kebidanan.
1.3.2   Tujuan Khusus
Setelah preaktek ini mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir dengan langkah-langkah:
  1. Pengkajian data, analisa, penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan dan evaluasi pada ibu hamil.
  2. Pengkajian data, analisa, penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan dan evaluasi pada ibu bersalin.
  3. Pengkajian data, analisa, penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan dan evaluasi pada ibu nifas.
  4. Pengkajian data, analisa, penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan dan evaluasi pada ibu neonatus.
  5. Pengkajian data, analisa, penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan dan evaluasi pada akseptor KB

1.4         Ruang Lingkup
1.4.1   Sasaran
Sasaran asuhan kebidanan ditujukan kepada ibu hamil dengan memperhatikan continuity of care mulai hamil, bersalin, nifas, KB.
1.4.2   Tempat
Laporan Tugas Akhir ini disususn dengan mengambil tempat di Puskesmas Dupak Surabaya.
1.4.3   Waktu
Waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan Continuity of Care adalah tanggal 10 Maret 2014 sampai dengan 2 Mei 2014.



1.5         Manfaat
1.5.1   Manfaat Teoritis
  1. Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, serta bahan dalam penerapan asuhan kebidanan dalam batas Continuity of Care,terhadap ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan pelayanan kontrasepsi.
  2. Dapat dijadikan bahan perbandingan untuk laporan studi kasus selanjutnya.
1.5.2   Manfaat Praktis
Dapat dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), khususnya dalam memberikan informasi tentang perbahan fisiologis dan psikologis dan asuhan yang diberikan pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan pelayanan kontrasepsi dalam batasan Continuity of Care.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA


2.1    Konsep Dasar
2.1.1        Kehamilan Trimester III
2.1.1.1  Definisi Kehamilan Trimester III
Kehamilan merupakan proses alamiah (normal) dan bukan proses patologis, tetapi kondisi normal dapat menjadi patologi/abnormal. (Kusmiyati,dkk. 2009)
Kehamilan merupakan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, 2010)
Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus adalah kira-kira 280 hari (40 minggu). Bila kehamilan lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur, kehamilan antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan prematur. Sedangkan kehamilan 37 sampai 42 minggu disebut kehamilan mature (cukup bulan). (Sarwono Prawirohardjo, 2010 )
Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu kehamilan triwulan pertama (0-12 minggu), triwulan kedua (12-28 minggu) dan kehamilan triwulan ketiga (28-40 minggu) (Sarwono Prawirohardjo, 2009).

2.1.1.2  Adaptasi Anatomi dan Fisiologi Kehamilan Trimester III
  1. Sistem Reproduksi
Ismus menjadi lebih nyata menjadi bagian korpus uteri dan berkembang menjadi segmen bawah Rahim. Pada 28 minggu fundus uteri terletak kira-kira tiga jari di atas pusat atau 1/3 jarak antara pusat ke prosesus kifoideus (25 cm). 32 minggu fundus uteri terletak  kira-kira antara ½ jarak pusat an prosesus kifoideus (27 cm). 36 minggu  fundus uteri kira-kira 1 jari di bawah prosesus kifaideus (30 cm). 40 minggu fundus uteri terletak kira-kira 3 jari di bawah prosesus kifoideus (33 minggu).
Setelah minggu ke 28, terjadi kontraksi brakton Hiks semakin jelas.
  1. Sistem traktus uranius
Pada akhir kehamilan kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandungan kencing akan mulai tertekan kembali. Selain itu juga terjadi hemodilusi menyebabkan metabolisme air menjadi lancar.
Pada kehamilan tahap lanjut, pelvis ginjal kanan dan ureter lebih berdilatasi dari pada pelvis kiri akibat penggeseran uterus yang berat ke kanan akibat terdapat kolon rektosigmoid di sebelah kiri.
Perubahan-perubahan ini membuat pelvis dan ureter mampu menampung urine dalam volume yang lebih besar dan juga memperlambat laju aliran urine.
  1. Sistem respirasi
Pada 32 minggu ke atas karena usus-usus tertekan uterus yang membesar ke arah diafragma kurang leluasa bergerak mengakibatkan kebanyakan wanita hamil mengalami derajat  kesulitan bernafas.
  1. Kenaikan berat badan
Terjadi kenaikan berat badan sekitar 5,5 kg, penambahan BB hari mulai awal kehamilan sampai akhir kehamilan adalah 11,12 kg.
  1. Sirkulasi darah
Hemodilusi penambahan volume darah sekitar 25% dengan puncak pada usia kehamilan 32 minggu, sedangkan pada hematokrit mencapai level terendah pada minggu 30 sampai 32 minggu karena setelah 34 minggu masa RBC terus meningkat tetapi volume plasma tidak.
Peningkatan RBC terus menyebabkan penyaluran oksigen pada wanita pada hamil lanjut mengeluh sesak nafas dan pendek nafas. Hal ini ditemukan pada kehamilan meningkat untuk memenuhi kebutuhan bayi.
Aliran darah meningkat dengan cepat seiring pembesaran uterus. Walaupun aliran darah uterus meningkat 20 kali lipat, ukuran konseptus meningkat lebih cepat. Akibatnya oksigen di ambil dari darah uterus selama masa kehamilan lanjut.
  1. Sistem muskuloskletal
Sendi pelvik pada kehamilan sedikit dapat bergerak. Perubahan tubuh secara bertahap dan peningkatan berat wanita hamil menyebabkan postur dan cara berjalan wanita berubah secara mencolok. Peningkatan distensi abdomen yang membuat panggul miring ke depan, penurunan tonus otot perut dan peningkatan berat badan pada akhir kehamilan membutuhkan penyesuaian ulang kurvatura spinalis. Pusat gravitasi wanita bergeser ke depan. Payudara yang besar dan posisi bahu yang bungkuk saat berdiri akan semakin membuat kurva punggung dan lumbal menonjol. Pererakan menjai lebih sulit. Struktur ligament dan tulang otot belakang bagian tengah dan bawah mendapat tekanan berat.
Wanita muda yang cukup berotot dapat mentoleransi perubahan ini  tanpa keluhan. Akan tetapi wanita yang tua dapat mengalami gangguan pungung atau nyeri punggung yang cukup berat selama dan segera setelah kehamilan.
2.1.1.3  Adaptasi Psikologis Kehamilan Trimester III
Pada trimester III, calon ibu akan semakin peka perasaannya. Tingkat kecemasan ibu akan semakin meningkat. Calon ibu akan lebih sering mengelus-elus perutnya untuk menunjukkan perlindungannya kepada janin, senang berbicara kepada janin, terutama ketika janin berubah posisi. Banyak calon ibu yang sering berkhayal atau bermimpi tentang apabila hal-hal negatif akan terjadi kepada bayinya saat melahirkan nanti. Khayalan-khayalan tersebut seperti kelaian letak bayi, tidak dapat melahirkan, atau bahkan janin akan lahir dengan kecacatan. Calon ibu menjadi sangat merasa bergantung kepada pasangannya.
Pada trimester II ini, terutama pada minggu-minggu terakhir kehamilanatau menjelang kelahiran membutuhkan lebih banyak perhatian dan cinta dari pasangannya, mulai takut jika akan terjadi sesuatu terhadap suaminya. Maka dari itu, calon ibu ingin memastikan bahwa pasangannya mendukung dan selalu ada di sampingnya.
Tidak semuawanitadapat mengekspresikan perasaan ketergantungan terhadap pasangannya. Akan tetapi, tetap mengharapkan bahwa perhatian,dukungan dan kasih sayang dapat tercurah dari pasangannya tersebut. Selain itu, calon ibu akan menjadi lebihmudahlelah dan iritabilita. Beberapa wanita akan sulit untuk berkonsentrasi dan fokus akan penjelasan-penjelasan baru yang diberikan oleh perawat. Maka dari itu, penjelasan yang diberikan harus jelas dan ringkas agar calon ibu dapat menyerapnya dengan lebih mudah.
Pada fase ini, calon ibu mulai sibuk mempersiapkan diri untuk persiapanmelahirkan dan mengasuh anaknya setelah dilahirkan. Mempersiapkan segala kebutuhanbayi, seperti baju, nama, dan tempat tidur. Bernegosiasi dengan pasangannya tentang pembagian tugas selama masa-masa menjelangmelahirkansampai nanti setelah bayi lahir. Pergerakan dan aktivitas bayi akan semakin sering terasa, seperti memukul, menendang, dan menggelitik.
Perasaan bahwa janin merupakan bagian yang terpisah semakin kuat dan meningkat. Peningkatan keluhan somatik dan ukuran tubuh pada trimester III dapat menyebabkan kenikmatan dan rasa tertarik terhadapaktivitasseksualmenurun (Rynerson, Lowdermilk, 1993 dalam Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2005)
2.1.2        Konsep Dasar Persalinan
2.1.2.1  Definisi Persalinan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (APN, 2007 : 37).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. (Rustam Mochtar, 2012)
Persalinan normal adalah proses lahirnya bayi dengan LBK dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat, serta tidak melukai ibu dan bayi, yang umumnya belangsung kurang dari 24 jam. (Rustam Mochtar, 2012)

2.1.2.2  Teori Terjadinya Persalinan
  1. Penurunan Kadar Progesteron
Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesterone yang menimbulkan relaksasi otot rahim dan estrogen yang meninggikan kerentanan otot rahim di dalam darah. Tetapi pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun sehingga timbul his.
  1. Teori Oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah sehingga timbullah kontraksi otot-otot rahim.
  1. Keregangan Otot-Otot
Seperti halnya kandung kencing, bila dindingnya teregang sampai batas maksimal oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan, maka otot-otot rahim makin rentan.
  1. Pengaruh Janin
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupanya juga memegang peranan oleh karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa (postdate).
  1. Teori Prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan desidua diperkirakan menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hal ini juga dibuktikan dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan.
  1.        Teori Plasenta Menjadi Tua
Akan menyebab turunnya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini menyebabkan kontraksi uterus
  1.        Teori Distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenter
  1. Teori Iritasi Mekanik
Di belakang serviks terletak ganglion servikalis (fleksus frankenhausher). Bila ganglion ini digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin, akan timbulnya kontraksi uterus. (Rustam Mochtar,2012)


2.1.3        Konsep Dasar Nifas
2.1.3.1  Definisi Masa Nifas
Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ reproduksi secara perlahan akan mengalami perubahan seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan organ reproduksi ini disebut involusi. (Maritalia,2012:11)
Masa nifas (puerpurium) adalah masa yang dimulaisetelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali ke keadaan semula (sebelum hamil). Masa Nifas berlangsung kira – kira 6 minggu(Sulistyawati, 2009; h.1).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali sepeti keadaan sebelum hamilyang berlangsung kira-kira 6 minggu (Abdul Bari,2000:122)
Masa Nifas ( Puerperium) dimulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan  tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (wiknjosastro,2006:207)
Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hami (Anggraini, 2010; 1).
Masa nifas (puerpurium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Saleha, 2009; h. 2
Masa nifas adalah masa dimulai beberapajam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes,2003:003)

2.1.3.2  Tahapan Masa Nifas
Menurut (Mariana,2012:12) Masa nifas dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :
  1. Puerperium dini
Merupakan masa pemulihan awal dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan. Ibu yang melahirkan pervagina tanpa komplikasi dalam 6 jam pertama setelah kala IV dianjurkan untuk mobilisasi segera.
  1. Puerperium Intermedial
Suatu masa pemulihan dimana organ-organ reproduksi secara beransur-ansur akan kembali kekeadaan sebelum hamil. Masa ini berlangsung selama kurang lebih enam minggu atau 42 hari
  1. Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi. Rentang waktu remote puerperium berbeda untuk setiap waktu persalinan mengalami komplikasi. Rentang waktu remote puerperium berbeda untuk setiap ibu, tergantung dari berat ringannya komplikasi yang dialami selama hamil atau persalinan
2.1.3.3  Perubahan Psikologis Masa Nifas
  1. Riwayat Psikososial
Menurut Rubin, yang dikutip oleh Bahiyatun (2009) adaptasi psikologis ibu nifas dibagi menjadi tiga fase, yaitu:
1)   Taking in
Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan.Ibu baru pada umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya, kemungkinan akan mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan.Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mencegah gangguan tidur. Peningkatan nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu biasanya bertambah. Nafsu makan yang kurang menandakan proses pengembalian kondisi ibu tidak berlangsung normal.
2)   Taking hold
Periode ini berlangsung 2-4 hari postpartum. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orangtua yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi. Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuh, misalnya berkemih, defekasi, dan kekuatan atau ketahanan tubuhnya. Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan untuk merawat bayi, misalnya menggendong, menyusui, mengganti popok. Pada masa ini, ibu agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam melakukan aktivitas. Ia cenderung menerima nasihat dan bidan karena ia terbuka untuk menerima pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi.
3)   Letting go
Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan keluarganya. Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi. Ia harus beradaptasi dengan kebutuhan bayi yang sangat bergantung, menyebabkan berkurangnya hak, kebebasan hubungan sosial ibu. Pada periode ini umumnya terjadi depresi postpartum.

2.1.4        Konsep Dasar Neonatus
2.1.4.1  Definisi Neonatus
Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai 4000 gram. (sari wahyuni, 2011)
Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir.Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari.Neonatus lanjut adalah bayi berusia 7-28 hari (Wafi,2010:2)
Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin.  Beralih dari ketergantungan mutlak pada ibu menuju kemandirian yang fisiologis (ai yeyeh rukiyah, 2010)

2.1.4.2  Ciri-ciri bayi normal, antara lain sebagai berikut :
  1. Berat badan 2500-4000 gram
  2. Panjang badan 48-52 cm
  3. Lingkar badan 30-38 cm
  4. Lingkar kepala 33-35 cm
  5. Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180 x/menit kemudian menurun sampai 120-160 x/menit.
  6. Pernafasan pada menit pertama kira-kira 80 x/menit kemudian turun sampai 40 x/menit.
  7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan terbentuk dan diliputi verniks caeseosa.
  8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut tampak sempurna.
  9. Kuku agak panjang dan lemas.
  10. Testis sudah turun (pada anak laki-laki), genitalia labio mayora telah menutupi Alabia minora (pada anak perempuan).
  11. Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
  12. Refleks moro sudah baik, bayi dikagetkan akan memperlihatkan gerakan tangan seperti memeluk.
  13. Graff refleks sudah baik, bila diletakkan suatu benda ke telapak tangan maka akan menggenggam.
  14. Eliminasi, urin dan mekoneum akan keluar dalam 24 jam, pertama mekonium berwarna kecoklatan. (Saifuddin, 2006)

2.1.4.3  Masa transisi bayi baru lahir
Periode transisi dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama adalah periode pertama reaktifitas dimulai pada saat bayi baru lahir dan berlangsung selama    30 menit. Tahap kedua periode tidur berlangsung sekitar 30 menit setelah kelahiran bayi sampai 2 jam. Tahap ketiga periode kedua reaktivitas dari usia sekitar 2 jam sampai 6 jam.
  1. Periode Pertama Reaktifitas
Periode yang berakhir kira-kira 30 menit setelah bayi lahir.Karakteristik bayi sebagai berikut :
1)   Tanda-tanda vital : frekuensi nadi apikal yang cepat dengan irama yang tidak teratur, frekuensi pernafasan mencapai 80 kali / menit, irama tidak teratur, ekspirasi mendengkur serta adanya retraksi.
2)   Fluktuasi warna kulit merah muda pucat ke sianosis. Bising usus belum ada atau pergerakan usus, bayi belum berkemih.
3)   Bayi masih dengan sedikit mukus, menangis kuat, reflek menghisap yang kuat. d. Mata bayi terbuka lebih lama dari pada hari selanjutnya.
Saat ini adalah waktu yang paling baik untuk memulai proses periodeinteraksi antara ibu dan bayi
  1. Periode Tidur
Setelah periode pertama dan berakhir 2 – 4 jam.Karakteristik bayi sebagai berikut :
1)   Bayi dalam keadaan tidur, frekuensi jantung dan pernafasan menurun.
2)   Kestabilan warna kulit terdapat beberapa akrosianosis.
3)   Bising usus bisa didengar
  1. Periode Kedua Reaktifitas
Periode kedua reaktivitas berakhir sekitar 4 – 6 jam.Karakteristik :
1)   Bayi mempunyai tingkat sensivitas tinggi terhadap stimulus internal dan lingkungan. Kisaran frekuensi nadi apikal dari 120 sampai 160 kali / menit dan dapat bervariasi mulai (< 120 kali / menit) hingga takikardia  (> 160 kali / menit). Frekuensi pernafasannya berkisar dari 30 sampai     60 kali / menit, dengan periode pernafasan yang lebih cepat, tetapi pernafasan tetap stabil (tidak ada pernafasan cuping hidung ataupun retraksi).
2)   Fluktuasi warna kulit dari warna merah jambu atau kebiruan ke sianotik ringan disertai dengan bercak-bercak.
3)   Bayi kerap kali berkemih dan mengeluarkan mekonium selama periode ini.
4)   Peningkatan sekresi mukus dan bayi tersedak saat sekresi.
5)   Reflek menghisap sangat kuat dan bayi sangat aktif.
(Joni Iswanto, 2012)

2.1.5   Konsep Dasar Keluarga Berencana (KB)
1          Pengertian
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. (sulistyowati, 2011 : 12)

2                    Kontrasepsi Pasca Persalinan
1)           Klien Pascapersalinan Dianjurkan
1).     Memberi ASI eksklusif (hanya memberi ASI saja) kepada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan. Sesudah bayi berusia 6 bulan diberikan makanan pendamping ASI, dengan pemberian ASI diteruskan sampai anak berusia 2 tahun, Tidak menghentikan ASI untuk mulai suatu metode kontrasepsi.
2).     Metode kontrasepsi pada klien menyusui dipilih agar tidak mempengaruhi ASI atau kesehatan bayi.
(Saifuddin, 2006)
2)      Metode Kontrasepsi Postpartum
1).Metode Kontrasepsi Sederhan. Metode kontrasepsi ini dibagi dua, yaitu metode kontrasepsi sederhana dengan alat dan tanpa alat.
(1)   Metode kontrasepsi sederhana tanpa alat, antara lain:
(1).Metode Amenorhoe Laktasi (MAL)
Keberhasilan 98% pada 6 bulan pascapersalinan.. Harus dilanjutkan dengan metode kontrasepsi lainnya (Saifuddin, 2006).
(2).Kalender (pantang berkala)
Angka kegagalan: 14,4-47 kehamilan pada 100 wanita per tahun (Hanafi, 2010).
(3).Senggama Terputus (Coitus Interuptus)
Angka kegagalan cukup tinggi 16-23 kehamilan per 100 wanita per tahun (Hanafi, 2010)
(2)   Metode kontrasepsi sederhana dengan alat, yaitu
(1).Kondom
(2).Diafragma
(3).Spermisida
2).Metode Kontrasepsi Modern, kontrasepsi modern dibagi menjadi dua yaitu hormonal dan non hormonal
(1)   Kontrasepsi hormonal, terdiri dari:
(1).Pil progestin
Sangat efektif (98,5%). Pada penggunaan pil progesterone tidak boleh terlupa akibatnya kemungkinan terjadi kehamilan sangat besar. Tablet dapat menghasilkan efektivitas yang baik apabila minum tablet tidak lupa, tablet diminum di jam yang sama, senggama sebaiknya dilakukan 3-20 jam setelah minum pil (Saifuddin,2006)
(2).Suntik 3 bulan
Memiliki efektivitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan setiap tahun, asal penyuntikan dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang ditentukan (Saifuddin, 2006)
(3).Implant
Sangat efektif (kegagalan 0,2- 1 kehamilan per 100 perempuan) (Saifuddin, 2006)
(2)   Kontrasepsi non-hormonal, terdiri dari:
(1).Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
AKDR post-plasenta telah dibuktikan tidak menambah resiko infeksi,perforasi, dan perdarahan. Diakui bahwa ekspulsi lebih tinggi (6-10%) dan ini harus disadari oleh pasien bila mau akan dipasang lagi
(2).Metode Operatif Wanita (MOW)
Sangat efektif dengan angka efektivitas sebesar 99,4 – 99,8 per 100 wanita per tahun. (Janet Medforth dkk, 2012
(3).Metode Operatif Pria (MOP) atau vasektomi




Tidak ada komentar:

Posting Komentar