BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada dasarnya proses
kehamilan, persalinan, dan nifas merupakan suatu tahapan perkembangbiakan
manusia yang alamiah, namun tetap harus diwaspadai apabila terjadi hal-hal yang
dapat membahayakan kesehatan ibu dan bayi, terutama pada ibu yang tidak
mendapatkan asuhan dari tenaga kesehatan.
Pada tahun 2011, upaya
kesehatan masyarakat di Indonesia khususnya kesehatan ibu dan anak
dapat dilihat dari data nasional bahwa cakupan K1 pada ibu hamil mencapai
88,27% dari target 88%. Cakupan pertolongan persalinan yang ditolong oleh
tenaga kesehatan (PN) mencapai 86,36% dari target 88%. Cakupan akseptor
Keluarga Berencana (KB) mencapai 40,65% dari target semula 40%. Cakupan
kunjungan neonatal (KN) mencapai 87, 26% dari target 86% (Kemenkes, 2012).
Pada tahun 2012, di
Provinsi Jawa Timur cakupan K1 pada ibu hamil mencapai 92,14% dari target
pencapaian 99%. Cakupan K4 mencapai 84,38% dari target pencapaian 92%.
Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan mencapai 89,14% dari target pencapaian
94%. Cakupan pelayanan nifas mencapai 87,49% dari target diatas
95%.Cakupan KN Lengkap mencapai 94,66% dari target diatas 95%. Cakupan peserta
Keluarga Berencana (KB) aktif mencapai 71,02% dari target pencapaian sebanyak
69% (Dinkes Jatim, 2012).
Pada tahun 2012 di
Surabaya cakupan K1 pada ibu hamil mencapai 87,40%. Cakupan K4 mencapai 84,69%.
Cakupan pertongan persalinan oleh tenaga kesehatan mencapai 61,24%. Cakupan
kunjungan nifas (KF) mencapai 78,88%. Cakupan kunjungan neonatal (KN) mencapai
85,05%. Cakupan akseptor Keluarga Berencana (KB) mencapai 75,06% (Dinkes Jatim,
2012).
Di Puskesmas Dupak
tahun 2008, cakupan K1 98,88%, K4 94,00%, cakupan Ibu bersalin ditolong
nakes 89,15%, cakupan ibu nifas yang mendapatkan perawatan sejumlah
91,52%, jumlah neonatus sebanyak 1213 bayi, kunjungan KN2 990 (81,62%)
bayi. Jumlah akseptor baru KB sebanyak 1.13%, akseptor KB aktif sebanyak
13,16%. (Dinkes, 2009).
Rencana strategis menteri kesehatan dari salah satu prioritas
pembangunan kesehatan pada tahun 2010-2014 yaitu peningkatan kesehatan ibu,
bayi, balita, dan Keluarga Berencana (KB) (Kemenkes, 2010). Serta kompetensi
bidan di Indonesia bahwa asuhan kebidanan merupakan penerapan fungsi dan
kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien
yang mempunyai kebutuhan/masalah dalam bidang kesehatan ibu masa hamil, masa
persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana (KepMenkes RI no.369 tahun
2007). Maka, upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak
salah satunya adalah melaksanakan asuhan secara berkelanjutan atau continuity
of care.
Continuity of midwifery care adalah pelayanan yang dicapai ketika terjalin
hubungan yang terus-menerus antara seorang wanita dan bidan. Asuhan yang
berkelanjutan berkaitan dengan kualitas pelayanan dari waktu kewaktu yang
membutuhkan hubungan terus menerus antara pasien dengan tenaga profesional
kesehatan. Layanan kebidanan harus disediakan mulai prakonsepsi, awal
kehamilan, selama semua trimester, kelahiran dan melahirkan sampai enam mingggu
pertama postpartum (Evi Pratami, 2014).
Berdasarkan data tersebut untuk mendukung pembangunan
kesehatan pada tahun 2010-2014, penulis tertarik melakukan asuhan kebidanan
berkelanjutan (continuity of care) pada pasien dimulai dari masa
hamil sampai masa nifas sebagai laporan tugas akhir di Puskesmas Dupak
Surabaya.
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan data diatas maka asuhan kebidanan yang berkelanjutan
(continuity of care) perlu dilakukan pada ibu hamil,
melahirkan, masa nifas, neonatus, dan KB.
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa
mampu menerapkan asuhan kebidanan yang komprehensif pada ibu hamil, bersalin,
nifas, dan bayi baru lahir sesuai dengan standar asuhan dengan menggunakan
pendokumentasian SOAP dengan pendekatan managemen kebidanan.
1.3.2
Tujuan Khusus
Setelah preaktek ini
mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan
bayi baru lahir dengan langkah-langkah:
- Pengkajian
data, analisa, penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan dan evaluasi pada
ibu hamil.
- Pengkajian
data, analisa, penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan dan evaluasi pada
ibu bersalin.
- Pengkajian
data, analisa, penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan dan evaluasi pada
ibu nifas.
- Pengkajian
data, analisa, penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan dan evaluasi pada
ibu neonatus.
- Pengkajian
data, analisa, penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan dan evaluasi pada
akseptor KB
1.4
Ruang Lingkup
1.4.1
Sasaran
Sasaran asuhan
kebidanan ditujukan kepada ibu hamil dengan memperhatikan continuity of care
mulai hamil, bersalin, nifas, KB.
1.4.2
Tempat
Laporan Tugas Akhir
ini disususn dengan mengambil tempat di Puskesmas Dupak Surabaya.
1.4.3
Waktu
Waktu yang diperlukan
dalam pelaksanaan Continuity of Care adalah tanggal 10 Maret 2014 sampai dengan
2 Mei 2014.
1.5
Manfaat
1.5.1
Manfaat Teoritis
- Menambah
pengetahuan, pengalaman dan wawasan, serta bahan dalam penerapan asuhan
kebidanan dalam batas Continuity of Care,terhadap ibu hamil,
bersalin, nifas, bayi baru lahir dan pelayanan kontrasepsi.
- Dapat
dijadikan bahan perbandingan untuk laporan studi kasus selanjutnya.
1.5.2
Manfaat Praktis
Dapat dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), khususnya dalam memberikan informasi
tentang perbahan fisiologis dan psikologis dan asuhan yang diberikan pada ibu
hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan pelayanan kontrasepsi dalam batasan Continuity
of Care.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar
2.1.1 Kehamilan
Trimester III
2.1.1.1 Definisi
Kehamilan Trimester III
Kehamilan merupakan
proses alamiah (normal) dan bukan proses patologis, tetapi kondisi normal dapat
menjadi patologi/abnormal. (Kusmiyati,dkk. 2009)
Kehamilan merupakan
pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine mulai sejak konsepsi dan
berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, 2010)
Lamanya kehamilan
mulai dari ovulasi sampai partus adalah kira-kira 280 hari (40 minggu). Bila
kehamilan lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur, kehamilan antara 28
dan 36 minggu disebut kehamilan prematur. Sedangkan kehamilan 37 sampai 42
minggu disebut kehamilan mature (cukup bulan). (Sarwono Prawirohardjo, 2010 )
Ditinjau dari tuanya
kehamilan, kehamilan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu kehamilan triwulan pertama
(0-12 minggu), triwulan kedua (12-28 minggu) dan kehamilan triwulan ketiga
(28-40 minggu) (Sarwono Prawirohardjo, 2009).
2.1.1.2 Adaptasi
Anatomi dan Fisiologi Kehamilan Trimester III
- Sistem
Reproduksi
Ismus menjadi lebih
nyata menjadi bagian korpus uteri dan berkembang menjadi segmen bawah Rahim.
Pada 28 minggu fundus uteri terletak kira-kira tiga jari di atas pusat atau 1/3
jarak antara pusat ke prosesus kifoideus (25 cm). 32 minggu fundus uteri
terletak kira-kira antara ½ jarak pusat an prosesus kifoideus (27 cm). 36
minggu fundus uteri kira-kira 1 jari di bawah prosesus kifaideus (30 cm).
40 minggu fundus uteri terletak kira-kira 3 jari di bawah prosesus kifoideus
(33 minggu).
Setelah minggu ke 28,
terjadi kontraksi brakton Hiks semakin jelas.
- Sistem
traktus uranius
Pada akhir kehamilan
kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul keluhan sering kencing akan
timbul lagi karena kandungan kencing akan mulai tertekan kembali. Selain itu
juga terjadi hemodilusi menyebabkan metabolisme air menjadi lancar.
Pada kehamilan tahap
lanjut, pelvis ginjal kanan dan ureter lebih berdilatasi dari pada pelvis kiri
akibat penggeseran uterus yang berat ke kanan akibat terdapat kolon
rektosigmoid di sebelah kiri.
Perubahan-perubahan
ini membuat pelvis dan ureter mampu menampung urine dalam volume yang lebih
besar dan juga memperlambat laju aliran urine.
- Sistem
respirasi
Pada 32 minggu ke atas
karena usus-usus tertekan uterus yang membesar ke arah diafragma kurang leluasa
bergerak mengakibatkan kebanyakan wanita hamil mengalami derajat kesulitan
bernafas.
- Kenaikan
berat badan
Terjadi kenaikan berat
badan sekitar 5,5 kg, penambahan BB hari mulai awal kehamilan sampai akhir
kehamilan adalah 11,12 kg.
- Sirkulasi
darah
Hemodilusi penambahan
volume darah sekitar 25% dengan puncak pada usia kehamilan 32 minggu, sedangkan
pada hematokrit mencapai level terendah pada minggu 30 sampai 32 minggu karena
setelah 34 minggu masa RBC terus meningkat tetapi volume plasma tidak.
Peningkatan RBC terus
menyebabkan penyaluran oksigen pada wanita pada hamil lanjut mengeluh sesak
nafas dan pendek nafas. Hal ini ditemukan pada kehamilan meningkat untuk
memenuhi kebutuhan bayi.
Aliran darah meningkat
dengan cepat seiring pembesaran uterus. Walaupun aliran darah uterus meningkat
20 kali lipat, ukuran konseptus meningkat lebih cepat. Akibatnya oksigen di
ambil dari darah uterus selama masa kehamilan lanjut.
- Sistem
muskuloskletal
Sendi pelvik pada
kehamilan sedikit dapat bergerak. Perubahan tubuh secara bertahap dan
peningkatan berat wanita hamil menyebabkan postur dan cara berjalan wanita
berubah secara mencolok. Peningkatan distensi abdomen yang membuat panggul
miring ke depan, penurunan tonus otot perut dan peningkatan berat badan pada
akhir kehamilan membutuhkan penyesuaian ulang kurvatura spinalis. Pusat gravitasi
wanita bergeser ke depan. Payudara yang besar dan posisi bahu yang bungkuk saat
berdiri akan semakin membuat kurva punggung dan lumbal menonjol. Pererakan
menjai lebih sulit. Struktur ligament dan tulang otot belakang bagian tengah
dan bawah mendapat tekanan berat.
Wanita muda yang cukup
berotot dapat mentoleransi perubahan ini tanpa keluhan. Akan tetapi
wanita yang tua dapat mengalami gangguan pungung atau nyeri punggung yang cukup
berat selama dan segera setelah kehamilan.
2.1.1.3 Adaptasi
Psikologis Kehamilan Trimester III
Pada trimester III, calon ibu akan semakin peka
perasaannya. Tingkat kecemasan ibu akan semakin meningkat. Calon ibu akan lebih
sering mengelus-elus perutnya untuk menunjukkan perlindungannya kepada janin,
senang berbicara kepada janin,
terutama ketika janin berubah posisi. Banyak calon ibu yang
sering berkhayal atau bermimpi tentang apabila hal-hal negatif akan terjadi
kepada bayinya saat melahirkan nanti. Khayalan-khayalan
tersebut seperti kelaian letak bayi, tidak dapat melahirkan,
atau bahkan janin akan lahir dengan kecacatan. Calon
ibu menjadi sangat merasa bergantung kepada pasangannya.
Pada trimester II ini, terutama pada
minggu-minggu terakhir kehamilanatau menjelang kelahiran membutuhkan
lebih banyak perhatian dan cinta dari pasangannya, mulai takut jika akan
terjadi sesuatu terhadap suaminya. Maka dari itu, calon ibu ingin memastikan
bahwa pasangannya mendukung dan selalu ada di sampingnya.
Tidak semuawanitadapat mengekspresikan perasaan
ketergantungan terhadap pasangannya. Akan tetapi, tetap mengharapkan bahwa
perhatian,dukungan dan kasih
sayang dapat tercurah dari pasangannya tersebut. Selain itu,
calon ibu akan menjadi lebihmudahlelah dan iritabilita. Beberapa wanita akan
sulit untuk berkonsentrasi dan fokus akan penjelasan-penjelasan baru yang
diberikan oleh perawat. Maka dari itu, penjelasan yang
diberikan harus jelas dan ringkas agar calon ibu dapat menyerapnya dengan
lebih mudah.
Pada fase ini, calon ibu mulai sibuk mempersiapkan diri untuk
persiapanmelahirkan dan mengasuh anaknya setelah
dilahirkan. Mempersiapkan segala kebutuhanbayi,
seperti baju, nama, dan tempat tidur. Bernegosiasi dengan pasangannya tentang
pembagian tugas selama masa-masa menjelangmelahirkansampai
nanti setelah bayi lahir. Pergerakan dan aktivitas bayi akan
semakin sering terasa, seperti memukul, menendang, dan menggelitik.
Perasaan bahwa janin merupakan bagian yang terpisah
semakin kuat dan meningkat. Peningkatan keluhan somatik dan ukuran tubuh pada trimester
III dapat menyebabkan kenikmatan dan rasa tertarik terhadapaktivitasseksualmenurun
(Rynerson, Lowdermilk, 1993 dalam Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2005)
2.1.2 Konsep
Dasar Persalinan
2.1.2.1 Definisi
Persalinan
Persalinan adalah
proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu.
Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia cukup bulan
(setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (APN, 2007 : 37).
Persalinan adalah
suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup ke
dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. (Rustam
Mochtar, 2012)
Persalinan normal
adalah proses lahirnya bayi dengan LBK dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan
alat-alat, serta tidak melukai ibu dan bayi, yang umumnya belangsung kurang
dari 24 jam. (Rustam Mochtar, 2012)
2.1.2.2 Teori
Terjadinya Persalinan
- Penurunan
Kadar Progesteron
Selama kehamilan
terdapat keseimbangan antara kadar progesterone yang menimbulkan relaksasi otot
rahim dan estrogen yang meninggikan kerentanan otot rahim di dalam darah.
Tetapi pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun sehingga timbul his.
- Teori
Oxytocin
Pada akhir kehamilan
kadar oxytocin bertambah sehingga timbullah kontraksi otot-otot rahim.
- Keregangan
Otot-Otot
Seperti halnya kandung
kencing, bila dindingnya teregang sampai batas maksimal oleh karena isinya
bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan
rahim, maka dengan majunya kehamilan, maka otot-otot rahim makin rentan.
- Pengaruh
Janin
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupanya juga memegang
peranan oleh karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa (postdate).
- Teori
Prostaglandin
Prostaglandin yang
dihasilkan desidua diperkirakan menjadi salah satu sebab permulaan persalinan.
Hal ini juga dibuktikan dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik
dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan
atau selama persalinan.
-
Teori Plasenta Menjadi Tua
Akan menyebab turunnya
kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal
ini menyebabkan kontraksi uterus
-
Teori Distensi Rahim
Rahim yang menjadi
besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim sehingga mengganggu
sirkulasi uteroplasenter
- Teori
Iritasi Mekanik
Di belakang serviks
terletak ganglion servikalis (fleksus frankenhausher). Bila ganglion ini
digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin, akan timbulnya kontraksi
uterus. (Rustam Mochtar,2012)
2.1.3 Konsep
Dasar Nifas
2.1.3.1 Definisi
Masa Nifas
Masa nifas atau masa
puerperium adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42 hari.
Selama masa nifas, organ reproduksi secara perlahan akan mengalami perubahan
seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan organ reproduksi ini disebut involusi.
(Maritalia,2012:11)
Masa nifas
(puerpurium) adalah masa yang dimulaisetelah plasenta keluar dan berakhir
ketika alat – alat kandungan kembali ke keadaan semula (sebelum hamil). Masa
Nifas berlangsung kira – kira 6 minggu(Sulistyawati, 2009; h.1).
Masa nifas dimulai
setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
sepeti keadaan sebelum hamilyang berlangsung kira-kira 6 minggu (Abdul
Bari,2000:122)
Masa Nifas (
Puerperium) dimulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6
minggu. Akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti
sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (wiknjosastro,2006:207)
Masa nifas
(puerpurium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat – alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hami (Anggraini, 2010; 1).
Masa nifas
(puerpurium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat – alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Saleha, 2009; h. 2
Masa nifas adalah masa
dimulai beberapajam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah
melahirkan (Pusdiknakes,2003:003)
2.1.3.2 Tahapan
Masa Nifas
Menurut
(Mariana,2012:12) Masa nifas dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :
- Puerperium
dini
Merupakan masa
pemulihan awal dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan. Ibu
yang melahirkan pervagina tanpa komplikasi dalam 6 jam pertama setelah kala IV
dianjurkan untuk mobilisasi segera.
- Puerperium
Intermedial
Suatu masa pemulihan
dimana organ-organ reproduksi secara beransur-ansur akan kembali kekeadaan
sebelum hamil. Masa ini berlangsung selama kurang lebih enam minggu atau 42
hari
- Remote
puerperium
Waktu yang diperlukan
untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan sempurna terutama bila ibu selama
hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi. Rentang waktu remote
puerperium berbeda untuk setiap waktu persalinan mengalami komplikasi. Rentang
waktu remote puerperium berbeda untuk setiap ibu, tergantung dari berat ringannya
komplikasi yang dialami selama hamil atau persalinan
2.1.3.3
Perubahan Psikologis Masa Nifas
- Riwayat
Psikososial
Menurut Rubin, yang
dikutip oleh Bahiyatun (2009) adaptasi psikologis ibu nifas dibagi menjadi tiga
fase, yaitu:
1) Taking in
Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan.Ibu baru
pada umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan
tubuhnya, kemungkinan akan mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan.Tidur tanpa
gangguan sangat penting untuk mencegah gangguan tidur. Peningkatan nutrisi
mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu biasanya bertambah. Nafsu makan yang
kurang menandakan proses pengembalian kondisi ibu tidak berlangsung normal.
2) Taking hold
Periode ini
berlangsung 2-4 hari postpartum. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya
menjadi orangtua yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi. Ibu
berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuh, misalnya berkemih, defekasi, dan
kekuatan atau ketahanan tubuhnya. Ibu berusaha keras untuk menguasai
keterampilan untuk merawat bayi, misalnya menggendong, menyusui, mengganti
popok. Pada masa ini, ibu agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam melakukan
aktivitas. Ia cenderung menerima nasihat dan bidan karena ia terbuka untuk
menerima pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi.
3) Letting go
Periode ini biasanya
terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan
perhatian yang diberikan keluarganya. Ibu mengambil tanggung jawab terhadap
perawatan bayi. Ia harus beradaptasi dengan kebutuhan bayi yang sangat
bergantung, menyebabkan berkurangnya hak, kebebasan hubungan sosial ibu. Pada
periode ini umumnya terjadi depresi postpartum.
2.1.4 Konsep
Dasar Neonatus
2.1.4.1 Definisi
Neonatus
Bayi baru lahir adalah
bayi yang baru lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan
lahir 2500 gram sampai 4000 gram. (sari wahyuni, 2011)
Neonatus adalah bayi
berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir.Neonatus dini adalah
bayi berusia 0-7 hari.Neonatus lanjut adalah bayi berusia 7-28 hari
(Wafi,2010:2)
Neonatus adalah bayi
yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan
intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Beralih dari ketergantungan mutlak
pada ibu menuju kemandirian yang fisiologis (ai yeyeh rukiyah, 2010)
2.1.4.2
Ciri-ciri bayi normal, antara lain sebagai berikut :
- Berat
badan 2500-4000 gram
- Panjang
badan 48-52 cm
- Lingkar
badan 30-38 cm
- Lingkar
kepala 33-35 cm
- Bunyi
jantung dalam menit pertama kira-kira 180 x/menit kemudian menurun sampai
120-160 x/menit.
- Pernafasan
pada menit pertama kira-kira 80 x/menit kemudian turun sampai 40 x/menit.
- Kulit
kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan terbentuk dan diliputi
verniks caeseosa.
- Rambut
lanugo tidak terlihat, rambut tampak sempurna.
- Kuku
agak panjang dan lemas.
- Testis
sudah turun (pada anak laki-laki), genitalia labio mayora telah menutupi
Alabia minora (pada anak perempuan).
- Refleks
hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
- Refleks
moro sudah baik, bayi dikagetkan akan memperlihatkan gerakan tangan
seperti memeluk.
- Graff
refleks sudah baik, bila diletakkan suatu benda ke telapak tangan maka
akan menggenggam.
- Eliminasi,
urin dan mekoneum akan keluar dalam 24 jam, pertama mekonium berwarna
kecoklatan. (Saifuddin, 2006)
2.1.4.3 Masa
transisi bayi baru lahir
Periode transisi
dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama adalah periode pertama reaktifitas
dimulai pada saat bayi baru lahir dan berlangsung
selama 30 menit. Tahap kedua periode tidur berlangsung
sekitar 30 menit setelah kelahiran bayi sampai 2 jam. Tahap ketiga periode
kedua reaktivitas dari usia sekitar 2 jam sampai 6 jam.
- Periode
Pertama Reaktifitas
Periode yang berakhir
kira-kira 30 menit setelah bayi lahir.Karakteristik bayi sebagai berikut :
1)
Tanda-tanda vital : frekuensi nadi apikal yang cepat dengan irama yang tidak
teratur, frekuensi pernafasan mencapai 80 kali / menit, irama tidak teratur,
ekspirasi mendengkur serta adanya retraksi.
2)
Fluktuasi warna kulit merah muda pucat ke sianosis. Bising usus belum ada atau
pergerakan usus, bayi belum berkemih.
3) Bayi
masih dengan sedikit mukus, menangis kuat, reflek menghisap yang kuat. d. Mata
bayi terbuka lebih lama dari pada hari selanjutnya.
Saat ini adalah waktu
yang paling baik untuk memulai proses periodeinteraksi antara ibu dan bayi
- Periode
Tidur
Setelah periode
pertama dan berakhir 2 – 4 jam.Karakteristik bayi sebagai berikut :
1) Bayi
dalam keadaan tidur, frekuensi jantung dan pernafasan menurun.
2)
Kestabilan warna kulit terdapat beberapa akrosianosis.
3) Bising
usus bisa didengar
- Periode
Kedua Reaktifitas
Periode kedua
reaktivitas berakhir sekitar 4 – 6 jam.Karakteristik :
1) Bayi
mempunyai tingkat sensivitas tinggi terhadap stimulus internal dan lingkungan.
Kisaran frekuensi nadi apikal dari 120 sampai 160 kali / menit dan dapat
bervariasi mulai (< 120 kali / menit) hingga takikardia (> 160
kali / menit). Frekuensi pernafasannya berkisar dari 30
sampai 60 kali / menit, dengan periode pernafasan
yang lebih cepat, tetapi pernafasan tetap stabil (tidak ada pernafasan cuping
hidung ataupun retraksi).
2)
Fluktuasi warna kulit dari warna merah jambu atau kebiruan ke sianotik ringan
disertai dengan bercak-bercak.
3) Bayi
kerap kali berkemih dan mengeluarkan mekonium selama periode ini.
4)
Peningkatan sekresi mukus dan bayi tersedak saat sekresi.
5) Reflek
menghisap sangat kuat dan bayi sangat aktif.
(Joni Iswanto, 2012)
2.1.5 Konsep Dasar Keluarga Berencana (KB)
1
Pengertian
Keluarga berencana
adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan.
(sulistyowati, 2011 : 12)
2
Kontrasepsi Pasca Persalinan
1)
Klien Pascapersalinan Dianjurkan
1).
Memberi ASI eksklusif (hanya memberi ASI saja) kepada bayi sejak lahir sampai
berusia 6 bulan. Sesudah bayi berusia 6 bulan diberikan makanan pendamping ASI,
dengan pemberian ASI diteruskan sampai anak berusia 2 tahun, Tidak menghentikan
ASI untuk mulai suatu metode kontrasepsi.
2).
Metode kontrasepsi pada klien menyusui dipilih agar tidak mempengaruhi ASI atau
kesehatan bayi.
(Saifuddin, 2006)
2)
Metode Kontrasepsi Postpartum
1).Metode Kontrasepsi
Sederhan. Metode kontrasepsi ini dibagi dua, yaitu metode kontrasepsi sederhana
dengan alat dan tanpa alat.
(1) Metode
kontrasepsi sederhana tanpa alat, antara lain:
(1).Metode Amenorhoe
Laktasi (MAL)
Keberhasilan 98% pada
6 bulan pascapersalinan.. Harus dilanjutkan dengan metode kontrasepsi lainnya
(Saifuddin, 2006).
(2).Kalender (pantang
berkala)
Angka kegagalan:
14,4-47 kehamilan pada 100 wanita per tahun (Hanafi, 2010).
(3).Senggama Terputus (Coitus Interuptus)
Angka kegagalan cukup
tinggi 16-23 kehamilan per 100 wanita per tahun (Hanafi, 2010)
(2) Metode
kontrasepsi sederhana dengan alat, yaitu
(1).Kondom
(2).Diafragma
(3).Spermisida
2).Metode Kontrasepsi
Modern, kontrasepsi modern dibagi menjadi dua yaitu hormonal dan non hormonal
(1)
Kontrasepsi hormonal, terdiri dari:
(1).Pil progestin
Sangat efektif
(98,5%). Pada penggunaan pil progesterone tidak boleh terlupa akibatnya
kemungkinan terjadi kehamilan sangat besar. Tablet dapat menghasilkan
efektivitas yang baik apabila minum tablet tidak lupa, tablet diminum di jam
yang sama, senggama sebaiknya dilakukan 3-20 jam setelah minum pil
(Saifuddin,2006)
(2).Suntik 3 bulan
Memiliki efektivitas
yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan setiap tahun, asal
penyuntikan dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang ditentukan (Saifuddin,
2006)
(3).Implant
Sangat efektif
(kegagalan 0,2- 1 kehamilan per 100 perempuan) (Saifuddin, 2006)
(2)
Kontrasepsi non-hormonal, terdiri dari:
(1).Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim (AKDR)
AKDR post-plasenta
telah dibuktikan tidak menambah resiko infeksi,perforasi, dan perdarahan.
Diakui bahwa ekspulsi lebih tinggi (6-10%) dan ini harus disadari oleh pasien
bila mau akan dipasang lagi
(2).Metode Operatif
Wanita (MOW)
Sangat efektif dengan
angka efektivitas sebesar 99,4 – 99,8 per 100 wanita per tahun. (Janet Medforth
dkk, 2012
(3).Metode Operatif
Pria (MOP) atau vasektomi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar